sldrck plylst: march 2014

pikture menipulezyen by @cecekpawon of @megavoid
pikture menipulezyen by @cecekpawon of @megavoid

sldrck plylst adalah program kurasi musik bulanan, berupa mixtape atau kumpulan track pilihan yang jadi favorit dan mendapat rotasi tinggi di speaker kami.

edisi bulan ini berisi karya musisi/band lokal kota malang dalam format singel, demo, live maupun coversong yang selama 2-3 bulan belakangan beredar di laman soundcloud.

Silahkan putar playlist-nya di sini ; sldrck plylst ; march 2014

Paraou Paskalis – Santa Maria

Saya menemukan lagu yang berkarakter kuat, dari laman Soundcloud milik solois partikelir yang juga anggota grupband Peka. Kalau nekat, “Santa Maria” bisa saya sebut sebagai singel terbaik dari musisi lokal kota Malang di tahun 2013.

Iksan Skuter – Apalah Aku
Sebuah ode untuk ibu dengan kalimat yang rendah hati dan penuh kasih dari penyanyi/gitaris folk yang biasanya garang, kritis dan vokal. Setelah “Ibu”-nya Iwan Fals, “Apalah Aku” mungkin bisa memaksa kita untuk segera bersimpuh di hadapan ibunda.

Oneding – Membeku
Ini track teranyar yang saya temukan di laman Soundcloud-nya. Pada musik dan lirik, terdengar makin matang serta dewasa. Vokalnya juga lebih merdu dari sebelumnya. Hari ini, Oneding sudah masuk jajaran musisi folk yang berbahaya di kota Malang.

Dandy Gilang – 524
Dari semua repertoir Dandy Gilang, entah kenapa saya justru paling suka pada lagu instrumental ini. Bulan Maret lalu, mini albumnya yang bertajuk “Know Where You’re Heading” dirilis secara digital oleh Tsefula/Tsefuelha Records.

Knee And Toes – I Got You
Selalu menyenangkan mendengar komposisi dari duo berbakat ini. Singel dari “Unspoken Wish” EP ini adalah sebuah dialog musikal yang indah. Ada nuansa misteri, pencarian dan penemuan dalam lirik serta musik mereka. Begitu intim, layaknya perbincangan dua insan yang minum teh di teras rumah.

My Beautiful Life – Memejam Merindu
MBL menyuguhkan indie-pop yang salah dekade. Ya, maksud saya mundur ke era sembilan-puluhan. Tepat seperti apa yang pernah dimainkan oleh Pure Saturday, Bangkutaman atau Fable. Dari awal, petikan gitarnya sudah membius. Sisanya, vokal syahdu dan beat drum yang selalu menari.

Piratez – Home
Track ini kalau didengarkan di era 90-an pasti dikata slow rock. “Home” punya corak balada yang tenang berbekal senar gitar dan vokal lumayan merdu. Ear-catchy. Berpotensi jadi radio-hits, dalam program so-called-indie lokal tentunya. Baiklah, saya jadi pingin segera pulang…

Benu – Kemandang Jiwa [live]
Jarang saya menemukan musisi lokal yang mampu merangkai kalimat-kalimat indah nan puitis seperti yang ada di lagu ini. Liriknya sastrawi, diksinya cukup mempesona. Saya menemukan Benu dari program Outside The Bedroom, dan tak sabar untuk menanti aksi berikutnya.

Winda Carmelita – Dua Lilin
Beri gadis ini sebuah gitar, niscaya dia akan memetiknya dan melantunkan tembang sederhana seperti “Dua Lilin”. Penulisan musik dan liriknya lumayan bagus. Range vokalnya cukup khas. Jika dia serius, musik pop di kota Malang bisa lebih kaya lagi.

Steffani BPM – Santa Maria [Paraou Paskalis cover]
Saya sudah memberi komentar singkat soal lagu kover ini di laman Soundcloud milik Steffani, “Oke, Santa Maria jadi lebih kalem, pahit & getir dari versi aslinya. Apik. Good job, Step!” Sampai hari ini, pendapat saya masih tetap seperti itu, dan rasanya tidak perlu diubah.

Christabel Annora Parung – Afternoon Heartache Blues
Perempuan ini seperti ‘memperkosa’ piano pada siang hari yang terik. Mungkin Ista sedang dilanda gulana, pusing dan kesal yang bukan kepalang. Hasilnya justru menarik. Sebab, murung dan amarah itu sebetulnya sangatlah ‘bluesy’.

Intenna – Flowery
Pertama, anda kudu siapkan waktu khusus sekurang-kurangnya tujuh menit untuk menyimak lagu ini secara penuh. Biar fokus dan khidmat. Kedua, kalau anda tidak terpaku diam selama dua-tiga detik setelah lagu ini selesai, mungkin ada yang salah dengan indra pendengaran anda. Sekian.

Ruang Luka – Afternoon Train
Saat membaca judul “Afternoon Train”, saya membayangkan ini sebuah soundtrack perjalanan. Tidak salah juga sebenarnya. “Menunggu kereta api untuk kembali pulang,” menurut eksplanasi yang tertulis di track ini. Pada kategori shoegaze/post-rock, musik seperti ini cukup menenangkan. Bayangkan personil Hammock dan The Milo jamming di sudut stasiun tua yang berdebu.

Fallen To Pieces – Napaaga
“Napaaga” terdengar seperti paduan irama metalcore yang dikirim khusus ke gudang stoner rock. Riff gitarnya terdengar cukup berat dan melayang-layang. Vokalnya pun garang dan punya enerji. Damn it’s true, heavy is not so easy.

Hellcore – Zombiefication
Track ini menawarkan nada-nada yang menggerinda dengan sisipan vokal scream ala band blackmetal. Sesekali ada bagian growling vocal yang menambah seram komposisi ini. Begitu cepat dan keras. Ini yang namanya musik tanpa kompromi.

Laora – A Help Denied
Komposisi post-hardcore yang ceroboh dan eksperimentalia noise-rock yang melas. Di antara sound yang lo-fi dan begitu berisik, “A Help Denied” menyediakan bebunyian lambat yang penuh distorsi bagi parade tangis dan festival kekecewaan. Tidak ada senyum sesungging pun di lagu ini.

Teddmark – Dal Jupukno Tas Ku Dal Rudal
Tak perlu dijelaskan panjang-lebar, ini hanya jamming spontan dari dalam kamar kontrakan. Sebab, ada baiknya kita tutup playlist ini dengan humor dan canda. “No alarm, and no surprises…” Oh mister Thom Yorke, ampunilah keusilan kawan-kawan kami ini…

Malang, 20 April 2014
kurated & kompiled by lvcifersam for sldrck, inc.

2 thoughts on “sldrck plylst: march 2014

  1. respek pada resensi singkat yang padat semacam ini. dengan ini, sang penulis mampu memotivasi semua pelaku seni (juga pendengar) untuk memperkaya musik dan turut ambil bagian dalam perkembangannya

Leave a reply to Winda Carmelita Cancel reply